Sabtu, 15 November 2008

TENTANG DIDIKAN SUBUH

SHARE
Logo, lambang, umbul-umbul Didikan Subuh

Pengertian Didikan Subuh
Didikan Subuh merupakan suatu usaha pendidikan Islam yang fungsional dan praktis pada waktu Subuh dengan mengambil masjid/mushalla sebagai pusat kegiatannya untuk membina pribadi muslim sejati.

Dari definisi diatas dapat diambil 5 unsur pengertian, yaitu:

  1. Keberadaannya, maksudnya Didikan Subuh adalah suatu usaha pendidikan. Sebagai suatu usaha atau lembaga pendidikan pastilah pada Dididikan Subuh juga berlaku hal-hal yang berlaku pada lembaga pendidikan lainnya, seperti ada objek, ada proses, dan ada pelaksana.
  2. Sifat Didikan Subuh yaitu fungsional dan praktis. Fungsional maksudnya menyangkut kurikulum, sedangkan praktis maksudnya menyangkut didaktik/metodik.
  3. Waktu pelaksanaannya hanya pada waktu subuh.
  4. Tempat pelaksanaannya adalah khusus di Masjid atau Mushalla.
  5. Tujuan Pelaksanaannya yaitu untuk membentuk pribadi muslim sejati.
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa Didikan Subuh merupakan salah satu kegiatan pendidikan Islam yang bersifat informal dengan menjadikan Mesjid atau Mushalla sebagai pusat kegiatannya. Di samping itu, Didikan Subuh lebih berorientasi kepada persoalan praktis atau pengamalan terhadap ilmu agama yang diserap oleh anak didik selama ini, seperti tata cara berwudhu', shalat, bacaan do'a-do'a dan lain-lain.

Didikan Subuh (DDS) lahir pertama kalinya pada tahun 1964 di masjid Muhammadan pasar Batipuh, kelurahan Pasa Gadang, kecamatan Padang Selatan, kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia dan kemudian melalui jasa mahasiswa dan pedagang berkembang terus ke kota / kabupaten lainnya dalam waktu singkat. Beberapa tahun berikutnya berkembang di propinsi lain seperti di Riau, Jambi, dan Bengkulu, 

Program Didikan Subuh di gelar setiap subuh hari Ahad, biasanya dilaksanakan hanya selama 2 jam saja. Kalau lebih dari itu, anak-anak menjadi bosan dan terjadi hiruk pikuk. Acaranya dimulai sebelum shalat Subuh dengan rangkaian acara seperti shalat subuh berjama’ah, zikir, kultum, Pembacaan ayat suci Alqur'an, mars, janji Didikan Subuh, azan, iqamah, pidato singkat, puisi, do’a-do’a, nasyid dan ditutup dengan nasehat pembina dan mengumpulkan infaq. Program Didikan Subuh yang lain adalah Rihlah (bertamasya), gerak amal seperti senam dan gotong royong, membersihkan Masjid/Mushalla dan lingkungan sekitarnya, pekampungan Didikan Subuh dengan serangkaian kegiatan musabaqah (lomba).

Pada awal berdirinya DDS secara organisasi, murid-murid DDS disebut sebagai "Kader". Kader DDS itu adalah anak-anak dan remaja yang muqim disekitar masjid dan mushalla tempat diadakan Didikan Subuh itu, biasanya mereka adalah murid-murid surau/TPA/TPSA dan MDA yang disebut kader tingkat Ula (dasar), kader Wushta (menengah) yaitu remaja setingkat SMP dan ‘Ulya (mahir) adalah remaja setingkat SMA.

Pembina DDS (guru)nya adalah orang-orang yang peduli dengan pendidikan agama yang muqim di sekitar masjid/mushalla tempat diadakan Didikan Subuh itu, biasanya mereka adalah guru surau/TPA/TPSA dan MDA.

Metode belajar yang dipakai pada program DDS biasanya adalah metode Demonstrasi, sosiodrama dan bermain peranan, karya wisata, pemberian Tugas belajar (resitasi), ceramah, tanya jawab dan diskusi.

Didikan Subuh diurus oleh sebuah organisasi yang bernama Lembaga Didikan Subuh yang berjenjang dari level Masjid/Mushalla, nagari, kecamatan, kabupaten sampai kepada pengurus pusat.

Sejak awal pembinaannya Didikan Subuh mengidentikkan diri sebagai gerakan keagamaan dan kaderisasi yang tidak memihak kepada suatu organisasi Islam dan mazhab apapun.

Dalam kalimat “Didikan Subuh” tercakup beberapa aspek yaitu lembaga, program, kegiatan, gerakan dan pengkaderan.

Kader Didikan Subuh
Untuk lebih mengenal sejarah Didikan Subuh, silahkan lanjutkan membaca "Sejarah Didikan Subuh" atau klik disini.
----------------------------------------------
Updated: 26 Mei 2015 - 23:51 Wib.
SHARE

Author: verified_user

Penulis lepas, guru ngaji, da'i dan aktifis sosial

0 komentar: